Rabu, 25 Juni 2008

Broadband Internet - Realita vs. Omdo …

Onno W. Purbo

Ada WAP, Iridium, GPRS, 3G, WLAN, No LOS, DVB, GigaEthernet dll … semua menjanjikan bandwidth broadband, versi awal-nya sekitar 64Kbps sedang versi-versi belakangan kita lebih banyak melihat Metropolitan Area Network kecepatan 2-11Mbps bahkan generasi yang terakhir bukan mustahil sekitar 155-622Mbps & bisa di-install oleh end-user biasa tanpa tergantung pada operator telekomunikasi manapun. Hmmm menarik bukan J …

Memang untuk menayangkan Video on Demand yang terkompress masih membutuhkan bandwidth beberapa ratus Kbps. Infrastruktur broadband akan sangat membantu anda. Paling sialan adalah aplikasi Voice over IP yang hanya membutuhkan bandwidth 12Kbps-an (tergantung teknik kompresi yang dilakukan), sebuah kanal broadband 2Mbps dapat dilewati ratusan saluran telepon VoIP J … menarik bukan? Untuk mem-bypass kerja operator telekomunikasi yang ada … Gila-nya teknologi VoIP dengan protokol H.323 dapat mengenali nomor telepon kita yang +62 21 xxx xxxx itu. Sayang pemerintah masih tidak berpihak pada rakyat yang sebetulnya mampu men-deploy infrastrukturnya sendiri.

Pada akhirnya impact sebuah teknologi akan di nilai, seberapa besar adopsi masyarakat terhadap teknologi yang di maksud. Sebagian teknologi yang di gembar gemborkan di atas pada akhirnya hanya berakhir sebagai gimmick saja; di nikmati oleh segelintir manusia ekslusif & merugikan operator belaka.

Operator telekomunikasi & adopsi teknologi hanya menguntungkan jika digunakan oleh massa pengguna yang sangat besar. Dari pengamatan selama 10 tahun-an terakhir, tampaknya pasar broadband akan banyak di dominasi oleh:

· Fixed wireless untuk MAN & WAN (bukan mobile wireless & bukan wired); kita melihat kecepatan antara 2-50Mbps untuk kelas normal & 155-622Mbps untuk kecepatan tinggi.
· Wired & Fiber akan mendominasi LAN, Campus WAN, R/RW-Net, Apartement-net, Perkantoran-Net; kita akan melihat infrastruktur pada kecepatan 1 s/d beberapa Gbps pada wilayah ini.

Mobile wireless tidak akan semenarik yang digembar-gemborkan, karena biaya infrastruktur mobile akan berlihat kali lebih mahal daripada fixed wireless.

Yang paling gila dari semuanya, penggelaran infrastruktur broandband ini – sebetulnya bisa di gelar tanpa tergantung sama sekali pada operator telekomunikasi. Bagaimana tidak? Pada jarak 5-7 km, menggelar infrastruktur 11Mbps hanya membutuhkan US$700-an saja! Untuk kecepatan yang lebih tinggi lagi 622Mbps hanya membutuhkan sekitar US$7000-an. Proses instalasi & semua dokumentasi-nya sangat sederhana & terbuka di Internet.
Murah-nya instalasi infrastruktur broadband memicu pesat-nya perkembangan Warung Internet Broadband pada kecepatan 2-11Mbps di berbagai kota di Indonesia. Di jogya bahkan lebih dari 100 WARNET broadband ini memberikan layanan Internet mereka. Diskusi berbagai teknologi ini dilakukan antar operator WARNET broadband ini di beberapa mailing list Internet seperti asosiasi-warnet-broadband@yahoogroups.com, indowli@yahoogroups.com, teknologi-internet@yahoogroups.com, asosiasi-warnet@yahoogroups.com. Komunitas mereka cukup solid, bahkan kadang terkesan militan terutama pada saat berhadapan dengan POSTEL yang dengan arogan merasa menguasai frekuensi 2.4, 3.3, 5 & 5.5GHz & pada akhirnya terkesan mempersulit proses perijinan para pengguna fixed wireless broadband ini untuk beroperasi.

Kebetulan memang infrastruktur broadband pada 2.4, 3.3, 5 & 5.5GHz merupakan alternatif yang paling murah saat ini untuk men-deploy broadband fixed wireless di Indonesia. Karena dapat diperoleh dengan biaya sekitar US$500-700-an untuk kecepatan 2-11Mbps. Kendala utama-nya adalah koordinasi rancangan jaringan Metropolitan Area Network (MAN) yang tidak pernah dilakukan oleh teman-teman ini, sehingga akan menghancurkan kinerja jaringan secara keseluruhan. Selain, tentunya urusan perijinan frekuensi yang lebih banyak menabrak tembok birokrasi.

Bagi anda yang mempunyai modal lebih banyak lagi, mungkin lebih baik melirik pada teknologi laser pada frekuensi near-infra red yang dapat bekerja pada kecepatan 155-622Mbps. Beberapa dari infrastruktur ini telah beroperasi dengan baik di Jakarta. Ijin frekuensi tidak diperlukan sama sekali, karena frekuensi kerja-nya jauh di atas batas kekuasaan POSTEL yang maksimum hanya 400GHz itu.

Bagaimana dengan WAP, GPRS? Hmm mungkin lain kali, pada saat daya beli masyarakat sudah mulai tinggi. Untuk sementara SMS mungkin akan menjadi andalan mobile data; bukan broadband mobile wireless bagi masyarakat umum. Tapi bagi anda penggemar gimmick, cukup menarik barangkali mempunyai handset yang dapat melakukan WAP & GRPS J ….

Kita akhirnya akan bertanya ke diri sendiri, masih perlukah kita tergantung pada operator telekomunikasi untuk memperoleh servis broadband? Anda (terutama di Jawa Barat & Banten) pasti lebih tahu jawabnya.
karya:shinta

Tidak ada komentar: